Selasa, 25 Maret 2008

KPUD Sikka Dituding Terima Suap

KPUD Sikka Dituding Terima Suap

Ini benar-benar sodokan keras ke arah KPUD Sikka yang dipimpin Robby Keupung, SE. Lembaga penyelenggara Pilkada Sikka yang mestinya bersikap netral, jujur dan adil itu, kini menghadapi ‘dakwaan’ telah menerima suap dari pihak tertentu pada saat verifikasi ulang. Benarkah KPU telah berubah menjadi ‘Komisi Pengumpul Uang’?

Hasil verifikasi ulang terhadap paket calon yang akan berlaga dalam Pilkada Sikka 2008 telah usai dilakukan KPUD Sikka dan telah pula diumumkan Rabu (19/3/2008) lalu. Dari tujuh paket yang mendaftar, lima paket dinyatakan lolos dan dua paket lainnya masuk kotak.
Namun, hasil verifikasi itu nampaknya masih menyimpan misteri. Malah bagi para pendukung dan simpatisan Paket YOSUA (Drs. Yoseph Ansar Rera—Urbanus Lora, S.Sos), hasil verifikasi itu tidak lebih dari konspirasi berbagai pihak untuk mendepak ‘jagoan’ mereka. Bukan hanya itu. Mereka bahkan menuding KPUD Sikka telah menerima suap dari pihak tertentu.
Hal itu terungkap dalam orasi Ketua Koalisi Bagi Rakyat (Kobar) yang mendukung Paket YOSUA, Yoseph Mbele dan aktivis LSM, Edu Sareng saat kelompok pendukung dan simpatisan YOSUA menggelar aksi demo di sekretariat KPUD Sikka, Sabtu (22/3/2008).
Massa pendudukung Paket YOSUA yang datang ke sekretariat KPUD Sikka kali hanya ini sekitar 150 orang. Mereka rata-rata datang menggunakan sepeda motor. Tampak juga sebuah mobil pick-up yang membawa peralatan sound system. Di atas mobil terdapat dua poster bertuliskan: “KPU – Komisi Pengumpul Uang dan KPU Sikka Tidak Independen”.
Aksi ini, kata Mbele, merupakan aksi keprihatinan terhadap kinerja KPUD Sikka yang tidak lagi independen. “Kita patut menyayangkan sikap KPUD Sikka yang tidak netral, tidak jujur dan tidak adil. Mereka tidak bekerja berdasarkan aturan hukum yang ada, tetapi menggunakan penafsiran sendiri,” katanya seraya menambahkan, patut diduga KPUD Sikka telah menerima suap dari pihak tertentu.
Karena ketidakadilan ini, Yoseph Mbele menyerukan kepada para pemilih di wilayah Lio agar tidak menggunakan hak pilih pada tanggal 16 April mendatang. “Jika paket YOSUA tidak diakomodir, masyarakat etnis Lio hendaknya tidak menggunakan hak pilihnya pada tanggal 16 April mendatang. Kenapa? Karena etnis Lio sungguh-sungguh telah diabaikan. Kita telah dimarjinalkan,” katanya, berapi-api.
Dia juga mengancam akan mendatangkan masa lebih banyak lagi untuk menduduki KPUD Sikka. Bahkan, katanya, mereka berencana untuk menyegel sekretariat KPUD Sikka. Selain itu, mereka juga berniat melakukan upacara adat dengan menyembelih babi dan anjing. Upacara ini, paparnya, semacam sumpah adat untuk membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar.
“Kita tuntut agar pelaksanaan Pilkada Sikka ini diproses ulang lagi. Jika tidak diulang, maka kita akan terus menduduki kantor ini,” kata Mbele seraya menyerukan agar warga Lio mencegah paket manapun untuk berkampanye di wilayah Lio.
Sementara itu, aktivis LSM, Edu Sareng yang didaulat massa untuk memberi orasi, meminta massa agar tetap tertib dan tidak membuat aksi ini berubah menjadi anarkhi. “Jika kita tidak berjuang di bawah payung hukum, maka upaya ini akan sia-sia. Jangan terpancing untuk melakukan tindakan melawan hukum. Kita datang untuk menegakan aturan, jadi kita harus tetap bertindak di bawah koridor hukum yang berlaku,” kata Sareng.
Lebih jauh, Sareng mengatakan, KPUD Sikka sebenarnya telah kehilangan kredibilitas. “Secara hukum mereka telah mengakui kesalahan mereka dengan mengubah SK Nomor 01 menjadi SK Nomor 20 tentang tahapan dan jadwal Pilkada Sikka. Kewenangan mereka pun secara de fakto telah diambilalih oleh KPU Pusat. Buktinya, verifikasi ulang ini dilakukan oleh KPU Pusat. Jadi, mereka ini tidak memiliki kompetensi untuk menyelenggarakan Pilkada Sikka,” paparnya. (fer)

Tidak ada komentar: