Jumat, 01 Februari 2008

Betekeneng Bantah Leo Boli Lajar

Petrus Gute Betekeneng:
Kenapa Kia Poli Tidak Ikut Tanda Tangan Statement 7 Maret ?

Ditemui di kediamannya, Lewoleba, Rabu (30/1/2008), Petrus Gute Betekeneng balik membantah penjelasan Leo Boli Lajar. Berikut petikan wawancara yang ditulis dengan gaya tutur:

Apa yang disampaikan oleh Leo Boli Ladjar, tidak benar. Kalau menurut Leo Boli Jan Kia Poli sebagai penggagas dan pemimpin rapat ketika tanggal 7 Maret 1954, itu tidak benar. Jan Kia Poli ketika itu masih di Makasar. Dia tidak hadir pada 7 Maret 1954.
Yang menggagas dan mempimpin rapat ketika itu adalah saya. Kalau memang Jan Kia Poli sebagai penggagas dan pemimpin rapat, ketika itu, kenapa Jan Kia tidak ikut menandatangani Statmen 7 Maret 1954 itu?
Pada tanggal 7 Maret tersebut terjadi dua kali rapat. Yaitu, rapat pertama adalah pembentukan Sub Komisariat Parkat Wilayah Lomblen dengan membentuk tujuh cabang berdasarkan jumlah paroki dan tiga puluh dua ranting berdasarkan jumlah sekolah waktu itu. Rapat kedua pada hari sama adalah Rapat Gabungan antara Partai Katolik (Parkat) Lomblen dan Masyumi Cabang Kedang dengan agenda menghilangkan status swaparaja. Dan, yang kedua adalah mempersatukan Paji dan Demong, dan ketiga, bersepakat untuk menjadi Lomblen sebagai daerah pemerintahan sendiri.
Jan Kia Poli hanya menerima mandat dari saya untuk melanjutkan perjuangan masyarakat Lomblen ke tingkat pusat untuk mendapat persetujuan menjadi pemerintahan sendiri, serta memperjuangkan Parkat Lomblen menjadi sub Komisariat diakui dan tidak di bawah sub Komisariat Larantuka.
Jan Kia Poli baru hadir pada Konfrensi Masyarakat Lembata yang diadakan bulan Juli, yang ketika itu, Jan juga berperan sebagai salah satu pemimpin rapat.
Berdasarkan mandat yang diterimanya, Jan yang ketika itu menjadi anggota DPRD di propinsi berjuang untuk merubah status Lembata menjadi Coordinator Shcap Lembata dengan SK Gubernur yang kala itu menjabat sebagai Gubernur adalah El Tari.
Dalam kaitan rapat stament 7 Maret itu, rapat digelar pada hari Minggu, yang dihadiri oleh seluruh utusan dari Lembata, yang hadir saat itu mencapai 300-an orang.
Pemimpin Masyumi Cabang Kedang seperti yang dikatakan oleh Leo Boli Lajar, bahwa Ketua Masyumi Cabang Kedang itu adalah Dia Sarabiti bukan Abdul Salam Sarabiti, itu Leo Boli sangat keliru. Apalagi Leo mengatakan bahwa Abdul Salam Sarabiti tidak hadir. Kalau Abdul Salam tidak hadir, mengapa Abdul Salam ikut menandatangani Statmen 7 Maret 1954 itu. Bapak Abdul Salam Sarabiti selaku Ketua dan Ambarak Bajeher selaku Sekretaris mewakili Partai Masyumi Cabang Kedang untuk menandatangani Statemen. Ini buktinya (Gute Betekeneng menunjukan bukti statement yang ditulis tangan olehnya). n eli/petris

4 komentar:

Francisco mengatakan...

Thanks buat anda yang cepat menghubungi Bapak Gute Betekeneng (sang pejuang dan saksi hidup) untuk meluruskan tulisan anda sebelumnya yang juga hasil kesalahan anda sebagai wartawan.

Anda seharusnya meminta maaf kepada semua pihak: Keluarga Besar Betekeneng.
Kepada para penulis (wartawan senior) yang sudah menerbitkan banyak tulisan dan buku tentang perjuangan Lembata dari hasil penyelidikan serius.
Kepada Pemerintah Kab. Lembata yang ikut dan terus mendukung tulisan bersejarah tentang perjuangan itu sendiri.

Alasannya, anda sudah menuding semua pihak tersebut di atas dan anda bisa dituduh sebagai salah satu generasi yang ingin membengkokkan sejarah.

ANAK LEMBATA mengatakan...

Sejarah perjalanan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang sudah lebih dari setengah abad ternyata masih bengkok juga. Peran mantan Presiden RI, HM Soeharto dalam kasus kasus SUPERSEMAR masih diributkan sampai hari ini. Lembata belum sampai satu dekade jadi kabupaten. Sejarah baru ditulis oleh generasi yang mungkin tak pernah tahu lika liku sejarah perjuangan itu sendiri. Tak salah pula, kalau wacana soal kebenaran sejarah kembali. Jangan lupa, bahwa politik kekuasaan juga ikut menentukan alur cerita sejarah. Pergantian rezim penguasa, akan banyak melahirkan cerita baru soal sejarah itu sendiri. Maka, jangan pernah matikan polemik sejarah untuk menemukan kebenaran sejarah itu sendiri. Terima kasih keterlibatan dalam diskusi ini.
Salam,
Fredy Wahon

Francisco mengatakan...

Dari segi logika, anda sedang membangun polemik yang tidak sehat di atas kebenaran yang sudah ada. Anjuran saya, periksa dan dan renungkan kembali setiap kata dalam tulisan yang diposting pertama kali.

Francisco mengatakan...

Dari segi logika, anda sedang membangun polemik yang tidak sehat di atas kebenaran yang sudah ada. Anjuran saya, periksa dan dan renungkan kembali setiap kata dalam tulisan yang diposting pertama kali.