Jumat, 05 Maret 2010

Sumur di Rumah Sekda Lembata Telan Tiga Nyawa

pos kupang/eugenius moa

Jenazah Arianus Riwu, salah satu korban yang tewas di sumur rumah Sekda Lembata, Jumat (5/3/2010). Sabtu, 6 Maret 2010

LEWOLEBA, POS KUPANG. com -- Sumur di rumah pribadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lembata, Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si, di Lewoleba menelan tiga nyawa. Tiga orang pria yang tewas di dalam sumur itu, Jumat (5/3/2010) pagi, yakni Yonas Pasius Ata (27), Arianus Riwu (28), dan Petrus Muda Pue (27).
Ketiga korban kemungkinan menghirup gas beracun metan sangat berbahaya di dalam sumur itu ketika saling membantu keluar dari sumur itu. Tewasnya tiga orang dalam rentang waktu sekitar setengah jam menghebohkan warga Kota Lewoleba. Ratusan warga mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) di rumah sekda di Jalan Polo Ama, Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan
Kematian tiga warga ini menambah duka warga Kota Lewoleba. Sebab, di rumah Petrus Toda Atawolo masih diliputi suasana duka atas meninggalnya Drs. Stanis Atawolo (kakak kandung Petrus Toda Atawolo). Stanis yang meninggal dunia di Kupang delapan hari lalu disemayamkan di rumah Petrus, sebelum dimakamkan.
Isak tangis sanak saudara dan sahabat ketiga korban bersahut-sahutan. Rumah ketiga korban terletak berdekatan dibatasi Jalan Raya Polo Ama. Rumah dua korban di sebelah barat dan rumah satu korban di sebelah timur.
Penyebab kematian tiga orang ini masih simpang siur. Sekelompok warga berspekulasi kematian ini kemungkinan pengaruh gaib. Namun sekelompok orang lainnya menduga kematian tiga orang itu karena menghirup gas beracun di dalam sumur air sedalam sekitar 20 meter itu.
Tentang kronologi kejadian juga masih simpang siur. Pasalnya, penghuni rumah masih diliputi suasana duka setelah kematian Stanis Atawolo, sepekan yang lalu.
Namun informasi yang diperoleh Pos Kupang dari Paulus Bapa Muda, bapak besar Petrus Boli Muda Pue, mengungkapkan, kejadiannya berlangsung sangat singkat. Jumat pagi itu, tutur Paulus Bapa, sekitar pukul 09.00 Wita, Yonas yang tinggal di rumah sekda datang ke rumah Petrus. Ia minta bantuan Us, panggilan Petrus, supaya membantunya membersihkan sumur. Katanya seekor kucing loncat masuk dalam sumur itu dan mati di dalam.
Pada Jumat pagi, kata Paulus Bapa, Us tidak mengemudikan pick-up miliknya. Us bersama Yonas ke rumah sekda. Yonas turun perlahan-lahan melalui tangga sumur menggunakan tali. Sekitar 30 menit, ia berhasil melewati dinamo pompa air yang ditempatkan di dalam sumur itu.
Kemungkinan pada saat itu tempat dinamo pompa air roboh dan menimpa Yonas. Karyawan kontrak pada Kantor Bappeda Lembata itu tersungkur ke dasar sumur. Tetapi, Yonas tidak mengeluarkan sepatah kata pun minta tolong.
Us yang menyaksikan kejadian itu turun ke dalam sumur membantu Yonas. Setelah beberapa puluh menit turun dan belum sampai ke dasar sumur, Us yang baru sebulan kembali dari Jakarta kemungkinan menghirup gas beracun dan tak bisa menolong Yonas. Ia tak bersuara minta tolong kepada warga dan penghuni rumah yang menyaksikannya dari mulut sumur itu.
Menyaksikan dua orang di dalam sumur sudah kritis, penghuni rumah sekda panik. Mereka berupaya menarik kedua korban keluar dari dalam sumur, tapi mereka tak bisa melakukannya.
Salah seorang tetangga rumah sekda menelepon Arianus. Pria asal Alor, yang kos pada salah satu rumah warga di belakang pagar rumah sekda. Ketika ditelepon, pria dua anak itu berada di Lamohara, namun tak lama berselang ia tiba di TKP.
Arianus lalu turun ke dalam sumur. Namun, ia tak menjangkau sampai ke dasar sumur menolong Yonas dan Us. Arianus mendadak lemas karena kemungkinan tak kuat menahan sengatan uap gas beracun dari dalam sumur itu.
Warga tambah panik. Mereka bahu-membahu dan berhasil menarik Arianus keluar dari dalam sumur menggunakan tali nilon. Kondisinya kritis, ia dibawa ke RSUD Lewoleba, namun kemungkinan kehabisan napas dalam perjalanan dan Arianus meninggal dunia.
Korban kedua, Us berhasil dievakuasi puluhan warga yang datang membantu. Tubuhnya dikaitkan pada sepotong besi beton yang telah dilengkungkan dengan tali. Namun, pria yang masih membujang itu ternyata sudah meninggal dunia ketika diangkat dari dalam sumur.
Evakuasi Yonas, memakan waktu sekitar satu jam lebih. Upaya warga menarik Yonas dari dalam sumur menggunakan tali tidak berhasil. Warga meminta bantuan anggota Polres Lembata.
Anggota Polres Lembata itu turun ke dalam sumur menggunakan tabung oksigen milik WWF Lembata, tapi hanya mampu menjangkau sekitar lima meter. Uap menyengat seperti racun dari dalam sumur itu membuatnya tak kuat dan membatalkan evakuasi.
Usaha warga untuk mengeluarkan Yonas dari dalam sumur menggunakan tali tetap tidak berhasil. Akhirnya didatangkan seorang dukun melakukan upacara adat di pinggir sumur itu.
Nyonya Anas Atawolo, istri Petrus Atawolo, menangis atas kehilangan Yonas yang berstatus cucunya. Sang dukun membuatkan beras putih ke dahi Ny.Anas Atawolo dan menyuruhnya memanggil Yonas. Dengan suara meratap menahan kesedihan dan tangis, wanita paruh bayah ini memanggil cucunya.
Giliran berikutnya, pemilik rumah Petrus Toda Atawolo menemui Yonas di pinggir sumur itu. Sesaat kemudian, dukun membuatkan beras putih ke dahi Petrus. Dua batang kayu dipasang di mulut sumur. Evakuasi mengeluarkan Yonas dari dalam sumur dimulai. Sekitar 10 orang pria kerabat dan sanak famili Yonas menariknya dari dalam sumur maut itu.
Sekitar 15 menit, jenazah Yonas dikeluarkan dari dalam sumur. Wajah dan kulit sekujur tubuhnya terkelupas. Tak diketahui apa penyebabnya, apakah kemungkinan karena gas beracun.
Setelah jenazahnya berhasil dikeluarkan, dukun membunuh seekor ayam jantan dengan memukulnya ke tembok sumur itu. Ayam jantan dipotong tepat di bagian mulut. Darah ayam jantan itu diteteskan di sekeliling luar sumur, dalam sumur dan ke tubuh korban yang saat itu diletakkan di pinggir sumur.
Jenazah ketiga korban dibawa ke RSUD Lewoleba untuk diperiksa dokter. Sampai hari Jumat siang, jenazah Us dibawa ke rumah orangtuanya di depan Kantor Lurah Selandoro, Wangatoa. Jenazah Yonas disemayamkan di rumah sekda, sedangkan Arianus di bawah ke kosnya di belakang rumah sekda. (ius)

Mereka Pergi Tanpa Pesan
NYONYA Rosalina Bering menangis. Ia membanting diri di salah satu ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Lewoleba. Rosalina tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian suaminya, Arianus Riwu, untuk selama-lamanya.
Berdiri di dekat tempat tidur besi suaminya dibaringkan, Rosalina terus meratapi tubuh kaku yang dibungkus kain putih terbujur di tempat tidur itu. Mungkin terlalu lama menangis, sampai air mata nya tak keluar lagi. Rosalina sangat terpukul atas kepergian suaminya, seorang buruh kasar dan tukang gali sumur.
Ibu dua putra berusia lima tahun dan dua tahun itu, mengenakan celana tiga perempat dan baju kaos yang sudah lusuh. Masih tampak bekas-bekas tanah di bajunya. Hari itu bersama, Arianus Riwu, ia menyelesaikan pekerjaan pondasi rumah salah satu warga Lewoleba di kawasan Lamahora.
"Tuan kos yang kami tinggal yang dapat kerja. Dia mensubkan pekerjaan itu kepada kami mengerjakan pondasi. Tadi pagi (Jumat, Red), saya dan suami datang ke Lamahora," tutur Rosalina, kepada Pos Kupang di RSUD Lewoleba, Jumat (5/3/2010).
Jumat pagi itu, kata Rosalina, ia dan suaminya berangkat dari Wangotao, tempat kos mereka di belakang tembok rumah Sekda Lembata, Drs. Petrus Toda Atawolo. Ia membantu suaminya mengangkat tanah dan mengisinya pada kamar-kamar yang telah dibentuk pondasi.
Tak lama bekerja, sekitar pukul 09.00 Wita, tuan kos menghubungi suaminya lewat telepon. Penelepon memintanya membantu orang yang tak bisa keluar dari dalam sumur. Tanpa basa-basih, ia bergegas dengan seseorang mengendarai sepeda motor ke tempat kejadian. Berbekal keterampilan gali sumur yang sudah lama dilakoninya, Arianus percaya diri turun ke dalam sumur menolong dua manusia yang belum berhasil dikeluarkan dari dalam sumur itu.
"Dia tidak omong banyak. Katanya ada orang di dalam sumur yang tak bisa keluar, terus dia pergi. Tak lama kami diberi tahu, dia pingsan di sumur sana. Kami menuju ke sana. Sampai di sana, dia sudah di bawah ke RSUD. Setibanya di sini (RSUD), dia sudah meninggal," keluh Rosalina.
Ia juga menuturkan bahwa malam sebelum kejadian, tak ada firasat apapun. Mereka sekeluarga, setelah siang hari kelelahan banting tulang mencari nafkah, langsung tidur. Rosalina mengaku sangat terpukul atas kematian suaminya. "Tidak ada tanda-tanda dan pesan apapun," ujarnya.
Lain lagi penuturan Paulus Bapa Muda Pue, bapak besar dari Petrus Muda Pue. Hari Kamis (4/3/2010) pagi, Yonas (Pasius Ata) menemui Us, sapaan Petrus di rumahnya. Ia minta tolong kepada Us membantunya membersihkan sumur. Katanya ada seekor kucing masuk di dalam sumur itu.
Ketika ada warga yang mengabarinya bahwa Us mengalami musibah, ia tak menyangka korbannya keponakannya. Karena sejak kembali dari Jakarta sebulan lalu, Us sibuk membangun usaha jasa air mineral.
"Ada yang omong dia mengalami musibah, saya biasa-biasa saja. Yang saya tahu, dia selama ini sibuk mendirikan bangunan untuk usaha," kata Paulus.
Paulus mengendarai sepeda motor pergi menjemput cucunya di SDK 1 St.Tarsisius Lewoleba. Setibanya di sana, salah seorang guru menuturkan bahwa cucunya telah dijemput seseorang karena omnya meninggal. Paulus semakin yakin kalau keponakanya yang mengalami musibah benar.
Paulus mengaku tak punya firasat datangnya musibah itu. Hanya pada Kamis malam, ia tak bisa memejamkan mata sampai Jumat pagi. "Saya tidak tahu persis, mungkin ini tandanya," tutur Paulus, menghubungkan kematian Us dengan kejadian dialaminya Kamis malam itu.
Kejadian serupa dialami keluarga Yonas. Salah seorang pamannya minta tak disebut identiasnya mengaku tak ada firasat buruk Yonas akan pergi selamanya. "Sejak datang dari Ende, dia tinggal di rumah Mama Anas (istri Petrus Toda Atawolo). Statusnya Yonas sebagai cucu dari Mama Anas. Dia setiap saat datang ke rumah saya, letaknya tak jauh dari rumah Mama Anas. Tadi pagi (Jumat kemarin, Red), dia masih datang ke sini. Sikapnya biasa-biasa saja, tak ada yang ganjil," ujarnya. (ius)

Tempat Asal Tiga Korban:


1. Yonas Pasius Ata, bujangan, asal Ende-Flores.
2. Arianus Riwu, beristri dengan dua anak, asal Kabupaten Alor.
3. Petrus Boli Muda Pue, bujangan, asal Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Lembata.

Tidak ada komentar: