Minggu, 20 November 2011

Penerapan Sekolah Inklusif, SDK Baopukang Dapat Pujian

Selasa, 15 November 2011 | 00:28 WITA
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA -- Sekolah Dasar Katolik (SDK) Baopukang, Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur, mendapat pujian sebagai salah satu sekolah inklusif di Kabupaten Lembata yang penerapannya sudah bagus.

Penilaian ini juga dialamatkan kepada salah satu ibu guru sekolah itu yang dinilai sangat bagus karena telah menampakkan roh inklusif (keadilan dan tidak ada perbedaan antara siswa normal dan anak berkebutuhan khusus).

Pujian ini diberikan oleh Fasilitator IDP Norway, Dante Rigmalia, M.Pd saat melakukan monitoring kolaboratif sekolah inklusif bersama Pengawas Pendidikan SLB Dinas PPO NTT, Dinas PPO Kabupaten Lembata dan dari Plan Indonesia Program Unit Lembata, Jumat (11/11/2011).

Dalam monitoring ini, tim yang tergabung sebagai tim kolaboratif ini diawali melakukan pengecekan terhadap kesiapan perangkat pembelajaran, yakni perangkat, rencana pembelajaran, proses pembelajaran. Lalu melakukan observasi pembelajaran, observasi lingkungan dan membuka forum diskusi.

Usai melakukan monitoring, dilanjutkan dengan membuka diskusi. Di saat itulah, Dante mengungkapkan kegembiraannya terhadap penerapan sekolah inklusif di sekolah itu. Bahwa proses pembelajaran yang dilakukan tiga guru di kelas berbeda hari itu cukup memukau dan menunjukkan sekolah yang inklusif.

Salah satu ibu guru atas nama Elisabeth Ohe Purek Lolon mendapat pujian berulang-ulang karena dalam proses pembelajaran dapat menghadirkan suasana kelas yang benar-benar berkeadilan. Padahal di kelas itu ada beberapa anak yang memiliki kebutuhan khusus dengan jenis berbeda.

Hal senada disampaikan Pengawas Pendidikan SLB dari Dinas PPO NTT, Beni Purnomo, dan Kabid TK/SD Dinas PPO Kabupaten Lembata, Ata Gabriel. Bahwa sekolah inklusif adalah proses pembelajaran yang untung-menguntungkan antara siswa (normal dan ABK) serta guru saling mendapatkan manfaat itu telah terjadi di SDK Baopukang. “Guru adalah penyebab keadilan dan untung-menguntungkan. Karena itu, peran seorang guru di sekolah inklusif sangat dibutuhkan,” kata Gabriel.

Yusak dari Plan Indonesia Program Unit Lembata mengatakan, kegiatan monitoring ini bukan saja dilakukan di SDK Baopukang  melainkan juga di sembilan sekolah lainnya di Lembata yang telah menjalankan program sekolah inklusif.
Editor : Bildad Lelan »» Penulis : EDY BAU »» Sumber : POS KUPANG CETAK

Tidak ada komentar: