Bupati Manuk Lakukan Penipuan dan Pembohongan Publik
Tindakan Bupati Lembata, Andreas Duli Manuk ini benar-benar kebangetan. Frater ordo Fransiskan pun jadi korban.
Ihwal ceritanya dikisahkan kembali Frater Kristoforus Tara, OFM yang bertemu Bupati Manuk pada acara Kaul Kekal Frater baru dari ordo Fransiskan di biara Redem Torys, Yogyakarta, 12 September 2007 lalu.
Ketika acara ini selesai, Frater Kris coba membangun komunikasi dengan bupati. Awalnya, Frater Kris bertanya, “Bapak, kami dengar disini (Yogyakarta-Red) bahwa ada keterlibatan gereja, dalam hal ini para pastor untuk berjuang bersama masyarakat Lembata guna menentang rencana investasi yang digulirkan oleh pemerintah.”
Bupati menjawab, “Memang selama ini ada peran gereja dalam hal ini para pastor bersama masyarakat menghalangi-halangi program kerja kami ini.”
Frater: “Sejauhmana keterlibatan para pastor dalam persoalan ini, bapak?”
Bupati: “Mereka cukup getol dan aktif mempengaruhi masyarakat, tapi bagi saya, perlawanan ini masih terlalu dini atau di bilang premature, karena kita masih dalam tahap eksplorasi belum ada penandatanganan MoU tentang rencana eksploitasi”.
Frater: “Kapan rencana eksploitasi dilakukan?”
Bupati: “Jadi begini prosesnya: Kita masih pada tahap eksplorasi. Setelah eksplorasi selesai, kita belum maju pada tahap eksploitasi, tetapi ada satu tahap yang akan kita lalui, yaitu penelitian atau pengkajian. Hasil eksplorasi itu akan diteliti dan dikaji oleh Badan Penelitian milik perusahaan, sehingga pada kesimpulannya bahwa kandungan emas di Lembata itu bisa dilakukan eksploitasi atau tidak. Rekomendasi hasil penelitian itu juga belum final, tetapi hasil penelitian itu akan kita (pemerintah-Red) dan DPRD Lembata bahas. Hasilnya itu nanti bermuara pada kesimpulan bahwa apakah kandungan emas di Lembata layak dieksploitasi atau tidak.”
Frater: “Apakah dalam penelitian ini tidak bisa melibatkan elemen lain, seperti DPRD, LSM ataupun masyarakat, sehingga obyektifitas hasil penelitian itu bisa terjamin?”
Bupati: “Ini cukup perusahaan saja yang lakukan, karena itu menjadi kewenangan perusahaan. Toh hasilnya juga akan kita bahas bersama DPRD Lembata ko’, apanya yang mesti diragukan?”
Frater: “Bapak, kami dengar disini juga bahwa studi banding DPRD Lembata ke Buyat Minahasa itu penuh dengan ke-fiktif-an dan rekayasa belaka, karena tim STUBA tidak sampai ke lokasi tambang Minahasa. Sementara yang sampai kesana hanyalah tim STUBA dari JPIC OFM yang selama ini mengadvokasi masyarakat?”
Bupati: “Itu bohong. Tidak benar yang disampaikan itu, karena tim STUBA-nya JPIC OFM itu tanggal 8 September 2007 sudah meninggalkan lokasi tambang Minahasa. Sementara tim dari DPRD Lembata tanggal 9 September 2007 baru sampai ke lokasi. Jadi tim STUBA JPIC OFM itu sudah pulang baru tim STUBA DPRD sampai lokasi?”
Frater: “Sikap terakhir bapak atas ulah dan keterlibatan para pastor ini, bagaimana?”
Bupati: “Saya sangat marah dengan ulah mereka. Mereka telah membuat masyarakat resah dan terkotak-kotak dalam kubu pro dan kontra. Saya minta kepada mereka untuk tidak menciptakan konflik dan polemik berkepanjangan”.
Bohong
Sementara itu, Pater Mikhael Pruhe,OFM pimpinan STUBA JPIC OFM, yang dimintai keterangannya atas pernyataan Bupati Manuk, menyesalkan pernyataan Bupati Manuk. “Pernyataan yang disampaikan bupati itu penuh dengan tipuan dan kebohongan belaka. Saya katakan bahwa bupati Lembata telah melakukan penipuan dan pembohongan publik. Dia menipu dan membohongi para Frater yang barusan mengucapkan kaul kekal dan masyarakat Lembata serta publik pada umumnya. Saya katakan bahwa tim kami sampai di lokasi tanggal 3 September 2007. Setelah sampai di lokasi saya menanyakan kepada masyarakat lokasi tambang Buyat dan unsur pemerintah serta DPRD setempat, apa kemarin dulu ada tim Studi Banding dari Lembata yang datang kesini? Mereka semua mengatakan bahwa tidak pernah ada orang dari Lembata yang datang ke sini untuk melakukan studi banding. Padahal jadwal STUBA-nya DPRD Lembata adalah dari tanggal 2-12 Agustus 2007,” tegas Pater Mikhael.
Lebih lanjut Pater Mikael mengatakan, “Pemerintah Lembata bersama DPRD Lembata telah menipu rakyatnya sendiri, karena STUBA yang dilakukan itu penuh dengan kebohongan dan kepalsuan belaka, karena tim STUBA DPRD pada dasarnya mereka tidak sampai ke lokasi, lalu mereka kemana pada saat itu? Hanya Tuhan dan Lewotanahlah yang mengetahui dan membalas semua kebohongan mereka”.
Menyinggung pernyataan bupati bahwa kelompok pro dan kontra dalam masyarakat timbul karena ulah dan aktifitas para pastor dan kelompok LSM peduli advokasi lainnya, Pater Mikael menambahkan, “Pemerintah sedang mengkambinghitamkan kami. Apa mereka tidak sadar bahwa masyarakat terpolarisasi dalam kubu pro-kontra itu bukankah karena disebabkan oleh ambisi binatang mereka dalam menggulirkan rencana investasi tambang? Jadi tolong jangan fitnah yang bukan-bukanlah. Kita buktikan saja siapa yang menurut Tuhan dan Lewotanah berjuang dengan tulus untuk kebaikan Lewotanah Lembata, mereka ataukah kami bersama masyarakat?” (*/sinar uyelindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar